Dewasa ini proses ta’aruf lebih
identik dengan pacaran. Ta’aruf hanya digunakan sebagai alasan untuk
memperhalus bahasa dan mengaburkan pandangan masyarakat. padahal, ta'aruf sangat berbeda dengan pacaran. ta'aruf adalah jalan untuk saling mengenal diantara pria dan wanita menuju jenjang suci pernikahan dengan didampingi mahramnya ataupun keluarganya. ta'aruf adalah proses saling mengenal dengan batasan-batasan syari'at yang harus dijaga. sedangkan pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita untuk saling memadu kasih, saling mencintai tanpa ada batasan syari'at di dalamnya.
Istilah pacaran bukan hanya milik mereka yang tak mengerti hukum syari’at agama. Nyatanya, wanita berjilbab sekalipun sudah tak lagi malu-malu atau canggung saat berduaan dan berpacaran ditempat umum. dengan alasan sedang proses ta'aruf, tapi bisa bebas bergandengan dan berduaan tanpa rasa canggung dan malu sedikitpun.
Istilah pacaran bukan hanya milik mereka yang tak mengerti hukum syari’at agama. Nyatanya, wanita berjilbab sekalipun sudah tak lagi malu-malu atau canggung saat berduaan dan berpacaran ditempat umum. dengan alasan sedang proses ta'aruf, tapi bisa bebas bergandengan dan berduaan tanpa rasa canggung dan malu sedikitpun.
Pergaulan remaja saat ini sudah
sangat mengkhawatirkan. Bagaimana tidak? Tidak punya pacar dianggap tidak gaul.
Masih Perawan/ perjaka dianggap ketinggalan zaman. Pacaran masa kini lebih
mengarah pada hubungan intim layaknya suami-istri. “perkosaan dalam pacaran”
biasa terjadi, tapi dianggap biasa dengan dalih suka sama suka dan mau sama
mau.
Faktanya, tindak pemerkosaan dan pelecehan
seksual justru sebagian besar dilakukan
oleh pacarnya sendiri. “perkosaan dalam pacaran” biasa terjadi karena si
pria mengancam akan memutuskan hubungan jika pacarnya tak mau diajak
bersetubuh.
Pada tahun 2003 Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) melakukan Survey di lima kota
besar,diantaranya Bandung,Jakarta, dan Yogyakarta. Hasil survey PKBI, yang juga
dikutip media Indonesia, dinyatakan 85 persen remaja berusia 13-15 tahun
mengaku telah melakukan hubungan seks sengan pacar mereka.
Penelitian LSM Sahabat Anak dan
Remaja Indonesia (Sahara) Bandung antara tahun 2000-2002, remaja yang melakukan
seks pra nikah, 72,9% hamil, dan 91,5% diantaranya mengaku telah melakukan
aborsi lebih dari satu kali. Data ini didukung beerapa hasil penelitian bahwa
terdapat 98% mahasiswi Yogyakarta yang melakukan seks pra nikah mengaku pernah
melakukan aborsi.
Secara kumulatif, aborsi di
Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus pertahun. Setengah dari jumlah
itu dilakukan oleh wanita yang elum menikah,sekitar 10-30% adalah para remaja.
Artinya, ada sekitar 230 ribu sampai 575 ribu remaja putri yang diperkirakan
melakukan aborsi setiap tahunnya. Sumber lain juga menyebutkan, tiap hari 100
remaja melakukan aborsi dan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada
remaja meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun.
1.
Tanamkan Pendidikan akhlak dan pemahaman agama
yang benar
Pada dasarnya,
kenakalan remaja dan penyimpangan seksual yang terjadi dikalangan remaja karena
minimnya pemahaman agama seseorang. Dengan benteng iman yang kuat dan
pendidikan akhlak yang baik, anak akan mengerti apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan. Dengan pendidikan akhlak, anak akan menjaga dirinya dari hal-hal
yang tidak sesuai dengan norma-norma agama.
Ajarkan anak
laki-laki kita untuk menghargai dan menghormati wanita sebagaimana ia
menghormati ibunya. Demikan pula halnya kepada anak-anak perempuan kita.
Hendaknya kita ajari mereka untuk menghormati dan menghargai laki-laki
selayaknya mereka menghormati ayahnya.
“Janganlah seorang laki-laki
berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya
syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama
mahromnya.
2. Hindari pacaran, menikahlah!
Pacaran adalah nama lain dari zina. Dan siapapun tahu, bahwa
zina adalah dosa. Seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram saling
memadu kasih diluar ikatan pernikahan, maka apapun yang mereka lakukan akan
menjadi dosa baginya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini
suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan
melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan
berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah
dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu
kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.”
Hal-hal yang dianggap wajar dalam pacaran namun menjadi dosa
besar bagi yang melakukannya dimulai dari saling bertatapan, saling bepegangan
tangan hingga akhirnya melakukan hubungan yang lebih intim dan tidak pantas
dilakukan. Jadi, tidak ada pacaran yang sesuai syari’at islam. Tidak ada
pacaran yang mendapat pahala. Yang ada justru semakin menabung dosa.
Ath-Thabarani meriwayatkan,
Nabi Muhammad saw. bersabda yang artinya: Awaslah kamu dari bersendirian dengan
wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki yang
bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara
keduanya. Dan seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang
basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal
baginya.
Dalam Hadits lain dikatakan:
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang
tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara
mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.
menikah adalah jalan paling aman bagi remaja yang sudah tak
sanggup menahan hasrat seksualnya. Menikah dini lebih baik daripada berpacaran
yang nyata haram hukumnya. Dengan menikah, seseorang jauh lebih dihargai dan
dihormati. Punya status yang jelas. Lain halnya dengan pacaran yang belum tentu
tahu mau dibawa kemana arahnya. Menikah menjadikan hidup seseorang lebih
terarah dan lebih bertanggung jawab. Menikah juga menjadi ladang amal bagi
suami maupun istri.
Jadi? masih mau pacaran atau menikah?
Yah begitulah tanda-tanda akhir jaman... semua dibahasakan secara agama, padahal isinya?
BalasHapusIsi dan kulit seringkali berbeda teh gina, begitulah dunia. Tugas kita adalah untuk mengingatkan saudara kita, agar yang sudah nampak indah di luar akan semakin indah dan terpancar juga yang di dalam. agar indah luarnya, bagus pula isinya. hatur nuhun teh, sudah berkunjung.
BalasHapusthanks gan artikelnya.
BalasHapusterima kasih.Semoga bermanfaat.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusthank you very much for the information provided
BalasHapusterima kasih telah berkunjung.
Hapus